1. Deskripsikan bagamana
mengelola siklus hidup pelanggan:
a. Pada busines to
business
b. Busines to Costumer
c, Customer to Customer
Jawaban :
Siklus
hidup pelanggan merupaka sebuah proses CRM yang terbentuk oleh tiga kegiatan
yaitu pemerolehan pelanggan, perawatan pelanggan, dan proses pengembangan. Tugas
pertama dalam mengelola siklus hidup pelanggan adalah pemerolehan pelanggan
karena kegiatan ini sangat penting dalam peluncuran produk baru dan permulaan
bisnis. Keputusan pertama yang perlu dibuat untuk rencana pemerolehan pelanggan
ialah identifikasi prospek, maksud prospek didalam CRM adalah pencarian peluang
yang dapat berubah menjadi pelanggan yang signifikan secara strategis.
a.
Busines to business
Didalam
B2B untuk memperoleh pelanggan baru maka diperlukan petunjuk individu-individu
atau perusahaan-perusahaan yang layak untuk didekati yang selanjutnya perlu melewati
proses kualifikasi dengan sejumlah pertanyaan yang memenuhi kriteria yang
dibutuhkan perusahaan. Setelah melaui proses kualifikasi maka para praktisi CRM
perlu memutuskan saluran terbaik untuk mengawali hubungan, prospek B2B bisa
dihasilkan melalui, referral, jaringan interpersonal, kegiatan promosi seperti
pameran, pameran dagang dan konferensi, periklanan publisitas dan hubungan
public, canvassing, telemarketing, dan e-mail. Contoh perusahaan B2B adalah
perusahaan penerbangan seperti Garuda yang melakukan kerja sama dengan
agen-agen tiket perjalanan.
b.
Busines to Customer
Didalam
B2C memperoleh pelanggan diperlukan pengiklan, promosi penjualan, dan
merchandising. Pengiklanan merupakan metode utama untuk menghasilkan pelanggan
baru dalam B2C. Pengiklan adalah penciptaan pesan yang disampaikan pada targer
pemirsa lewat pembelian waktu atau ruang pada media milik pihak lain. Periklanan
memiliki dua tujuan komunikasi yaitu kognitif dan afektif, kognitif berhubungan
dengan apa yang diketahui pemirsa dan afektif berhubungan dengan apa yang
dirasakan pemirsa. Promosi penjualan adalah setiap insentif yang memicu
perilaku secara sementara yang ditunjukan pada pelanggan prospek, anggota
saluran penjualan atau pramuniaga. Terdapat berbagai bentuk promosi penjualan
diantaranya sampling (penyediaan sampel gratis dari suatu produk), Uji coba
gratis, diskon, kupon, potongan harga atau cashback, bonus pack, banded pack,
free premium, lotre (permainan kesempatan), kompetisi. Merchandising adalah
setiap stimulus atau pola stimulus yang memicu perilaku selain dari penjualan
pribadi yang terjadi di tempat dagang atau di titik-titik penjualan. Selain
kegiatan diatas perusahaan B2C juga menggunakan skema referral, promosi seperti
pameran konsumen, publisitas, telemarketing, e-mail, dan canvassing untuk
menghasilkan pelanggan baru. Contoh perusahaan B2C seperti toko-toko elektronik
yang menjual langsung kepada customer.
c.
Customer to customer
Di
dalam C2C memperoleh pelanggan adalah dengan berusaha meyakinkan pelanggan
pertama akan kelebihan dan keutamaan produk kita. Setelah pelanggan pertama
mampu kita yakinkan, maka harapan selanjutnya mereka mau dan mampu mempersuasi
calon pelanggan yang lain. Pelanggan yang belum pernah mencoba produk kita dan
belum mengetahuinya. Melalui C2C diharapkan perusahaan dapat mendapatkan
manfaatnya, antara lain adalah:
Ø Biaya
menarik pelanggan lebih rendah ini mencakup biaya pemasaran, surat-menyurat,
kontak pelanggan, follow-up, fulfillment, dan pelayanan.
Ø Umumnya
pelanggan yang ada lebih responsive CRM akan mengurangi biaya kampanye dan
meningkatkan return on investment (ROI) dalam pemasaran dan komunikasi
pelanggan.
Ø Profitabilitas
pelanggan lebih tinggi. Share lebih benar follow-up penjualan yang lebih baik.
Memberikan masukan kepada pelanggan lain tentang layanan dan kepuasan, dapat
dilakukan cross-sell atau up-sell dari pembelian saat ini.
Contoh perusahaan C2C seperti
bukalapak.com yang sebagai pelantara antara penjual dan pembeli.
2. Bagaimana mengelola hubungan dengan media pada
saat krisis?
Jawaban :
Disaat terjadi krisis perusahaan, pihak yang
harus kita pertahankan hubungannya dengan baik adalah media massa karena
dukungan dari media massa bisa menjadi positif bagi perusahaan dan jangan
menutupi krisis dari media massa itu hanya akan menjadi bumerang bagi
perusahaan yang harus dilakukan adalah menjadikan perusahaan sebagai pusat
informasi mengenai krisis yang terjadi dan solusi dalam mengatasi krisis
tersebut. Seorang PR harus menjadi fasilitator untuk menjelaskan situasi krisis
yang dihadapi kepada pers dan tidak ada fakta yang disembunyikan dari pers.
Media massa harus dilihat sebagai pendukung potensial dibadingkan sebagai
musuh, berikut adalah langkah-langkah menangani media dalam situasi krisis :
1.
Informasi latar belakang untuk
memulai inisiatif
24 jam pertama merupakan saat
penting. Ketiadaan informasi untuk media pasti terjadi karena
perusahaan/organisasi kekurangan fakta tentang peristiwa yang terjadi.
Kekosongan tersebut dapat dijembatani dengan menawarkan informasi latar
belakang tentang perusahaan bagi media. Hal ini memproduksi dua hasil:
1) Menciptakan
ruang untuk bernafas yang berharga untuk mengumpulkan dan mencek informasi
tentang kejadian sebelum dipublikasikan ke media.
2) Tindakan
ini mendemonstrasikan ke media bahwa organisasi/perusahaan secara jelas ingin
bekerjasama dan berkomunikasi dengan mereka.
Para wartawan yang berkumpul atau menelepon untuk meliput
berita kadang-kadang tidak tahu apapun tentang perusahaan yang sedang terkena
krisis ataupun kinerjanya. Penawaran informasi latar belakang akan memberikan
gambaran pada media untuk mulai membuat kerangka cerita yang akan ditulis,
ditayangkan ataupun disiarkan.
Jadi, terus memperbaharui paket berisi informasi latar
belakang tentang organisasi/ perusahaan merupakan hal yang penting. Poin-poin
yang bisa dimasukkan ke dalamnya adalah sebagai berikut:
o Foto-foto
o Diagram
o Informasi dasar tentang:
>
Jumlah
karyawan
>
Sudah
berapa lama perusahaan bergerak dalam bisnis tersebut
>
Deskripsi
bisnis
>
Nama
para eksekutif kunci
>
Data
keamanan dan pelatihannya
Beberapa
paket ditempatkan di kantor pusat perusahaan dan di tiap tempat yang berpotensi
terserang krisis, yang merupakan tempat orang-orang media akan menyerbu bila
terjadi suatu peristiwa krisis. Penempatan paket tersebut akan membantu
perusahaan untuk memulai inisiatif dalam mengkomunikasikan krisis serta
mencegah terjadinya kekosongan informasi kepada media.
2. Menyiapkan sebuah pusat untuk pers (Press Centre)
Bagi
perusahaan yang mengalami peristiwa krisis jauh dari kantor pusatnya, perlu
melakukan survey terlebih dahulu terhadap lingkungan di dekat tempat terjadinya
peristiwa krisis sebelum mengadakan konferensi pers. Lakukan
persiapan-persiapan yang diperlukan dengan hotel atau tempat penginapan lokal
yang dapat segera dijadikan pusat bagi media selama proses mengatasi krisis
berlangsung. Media hanya boleh diberi informasi pada saat konferensi pers saja.
Meskipun media akan menginvestigasi orang-orang lain di antara setiap
konferensi, tetapi setidaknya dengan konferensi pers perusahaan akan memiliki
kesempatan memberitahukan cerita dari sisi perusahaan itu sendiri sekali atau
dua kali dalam sehari, serta mengkoreksi informasi salah yang dikumpulkan oleh
para wartawan dari pihak-pihak lain. Waktu yang baik untuk mengadakan acara
konferensi pers adalah 10:30 dan 15:30 karena sesuai dengan waktu deadline
kebanyakan media.
Namun
bila peristiwa krisis terjadi di kantor pusat, perusahaan dapat mempersiapkan
satu ruang atau aula yang khusus untuk menampung para wartawan yang mendatangi
kantor pusat. Tapi jika perusahaan tidak mau kantor pusat dikerumuni oleh para
wartawan, perusahaan dapat bekerja sama dengan sebuah hotel ataupun gedung
terdekat dengan menyewa sebuah ruang yang cukup luas untuk tempat berkumpulnya
para wartawan.
3. Mengelola konferensi pers
Mengadakan
konferensi pers bisa menjadi sebuah mimpi buruk karena ada ratusan wartawan
yang berpotensi menjadi musuh berkumpul di satu lokasi. Kuncinya adalah pelatihan
dan persiapan. Tempat konferensi pers harus mencakup:
o Saluran telepon keluar dan handset
o Minimal dua mesin fax
o Dua pintu masuk: satu yang dapat
digunakan oleh manajemen perusahaan dan yang lainnya untuk orang-orang dari
media keluar masuk.
o Diagram yang besar dari tempat
peristiwa krisis atau materi bantuan visual lainnya yang akan membantu
manajemen dalam menjelaskan apa yang telah terjadi.
o Paket-paket informasi latar belakang
untuk pers.
o Makanan dan minuman ringan.
o Fasilitas toilet.
o Pengamanan yang cukup untuk menjamin
kontrol terhadap orang-orang, baik yang berada di tempat peristiwa krisis
maupun yang berada di luar tempat tersebut, dengan pertimbangan khusus terhadap
keselamatan mereka.
Beberapa tips di bawah ini akan berguna untuk membantu
manajemen perusahaan dalam melaksanakan konferensi pers yang sukses:
o Batasi jumlah tim manajemen agar hanya
terdiri dari orang-orang yang memiliki pengetahuan spesifik atas aspek yang
berbeda terhadap peristiwa krisis tersebut. JANGAN terperangkap dengan pemikiran
bahwa makin banyak orang di meja pembicara maka makin aman dalam menjawab
pertanyaan media karena dengan semakin banyaknya wakil dari manajemen
perusahaan, maka justru makin banyak target yang dapat dicecar oleh media.
Selain itu, tim pembicara di konferensi pers haruslah diketuai oleh seorang
eksekutif senior perusahaan yang MAMPU menjadi seorang pembicara yang baik.
o Tempatkan pengukur waktu pada ruang
konferensi bila anggota tim manajemen harus meninggalkan ruangan untuk
menangani masalah lain. Waktu konferensi pers TIDAK KURANG dari 30 menit.
Akhiri konferensi pers pada waktu yang telah ditetapkan.
o Mengeluarkan siaran berita baru pada
KESIMPULAN konferensi. Tempatkan salinan berita secara strategis di pintu
keluar dan umumkan pada seluruh wartawan sehingga mereka terdorong untuk
menggunakan pintu keluar tersebut, sementara tim manajemen keluar ruangan
melalui pintu yang lain.
Konferensi pers sangat jarang berjalan baik dengan media
televisi. Sebaiknya dilakukan wawancara satu persatu dengan televisi setelah
konferensi. Jangan pernah mengeluarkan kamera dari ruang konferensi. Namun
bagaimanapun juga, mintalah pada wartawan untuk menempatkan kamera televisi di
bagian belakang ruangan dan jangan di atas meja yang terlalu dekat dengan para
pembicara. Hal ini akan terasa mengintimidasi manajemen serta membuat marah
para wartawan dari media cetak dan radio yang jadi sulit untuk melihat para
pembicara.
Ada alasan lain mengapa sebaiknya mengadakan wawancara
setelah konferensi pers. Kadang-kadang pembicara membuat kesalahan pernyataan
yang fatal dalam konferensi pers sehingga keesokan harinya muncul menjadi
berita utama di surat kabar. Wawancara dengan televisi segera setelah acara
konferensi memungkinkan manajemen mengkoreksi kesalahan tersebut. Lebih
banyaknya orang yang menonton televisi dibandingkan dengan yang membaca koran
memungkinkan kesalahan tersebut terkoreksi.
Poin akhir yang harus diingat tentang memberikan
wawancara dengan televisi setelah konferensi pers adalah permintaan wawancara
yang terlalu banyak sehingga manajemen tidak akan bisa memenuhi semua
permintaan tersebut. Untuk mengatasi, pihak manajemen dapat menjelaskan kepada
media bahwa tidak ada waktu yang cukup untuk memenuhi semua permintaan mereka
tapi perusahaan dapat memberikan satu wawancara yang dapat dimiliki bersama
oleh beberapa media. Dengan cara ini, media akan memilih siapa dari mereka yang
akan melakukan wawancara dan kru televisi mana yang akan bertugas. Kemudian
hasil rekaman wawancara tersebut dapat digunakan secara bersama-sama.
4. Menghadapi wawancara dengan
televisi
Melatih pembicara bagi wawancara di televisi sangat vital
dalam skenario krisis, sebagian untuk mengajarkan teknik serta memberikan rasa
percaya diri, sebagian lagi adalah untuk mendapatkan siapa yang bisa tampil dengan
baik serta siapa yang tidak bisa.
Tips-tips dasar dalam wawancara televisi adalah sebagai
berikut:
o
Siapkan
tiga poin utama yang jika sesuai, mengacu pertama-tama pada orang terlebih
dahulu, kedua pada kerusakan lingkungan atau properti serta ketiga pada
konsekuensi finansial.
o
Jika
mungkin, adakan pelatihan wawancara sebelum benar-benar dilaksanakan.
o
Jangan
pernah berspekulasi tentang peristiwa krisis selain berkata “penyebabnya akan
ditetapkan setelah investigasi lengkap telah diselesaikan”.
o
Antisipasi
pertanyaan tersulit dan siapkan jawaban yang sesuai.
o
Hargai
tindakan pihak ketiga seperti polisi, regu penyelamat, dan lain-lain.
o
Jangan
pernah menunjukkan kesalahan ada pada perusahaan, karyawan atau pihak ketiga.
o
Pandangi
mata pewawancara, jangan sekali-kali berbicara kepada kamera.
o
Yakinlah
ketiga poin utama tadi dikomunikasikan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan.
o
Segera
koreksi pernyataan yang bersugesti atau ambigu dari pewawancara, potong
pembicaraannya bila memungkinkan.
5. Menjawab telepon dari media
Telepon dari media
nantinya akan lebih penting daripada jumlah wartawan yang dapat mencapai tempat
peristiwa krisis. Bila para wartawan terlambat datang ke tempat kejadian,
sisa-sisa insiden mungkin telah dibersihkan sehingga telepon menjadi saluran
informasi yang sangat penting.
Perusahaan yang sedang
diserang krisis sebaiknya menciptakan sebuah ruang penjawab telepon dari media
yang dilengkapi dengan handset yang
cukup serta nomor telepon terpisah yang dapat segera diminta pada saat darurat
untuk mencegah saluran di nomor telepon normal perusahaan menjadi sibuk
sehingga kegiatan bisnis yang rutin tetap dapat berjalan.
Hal-hal lain yang harus
dipersiapkan bagi tim penjawab telepon dari media termasuk:
o Buku / map dengan kertas-kertas bernomor untuk mencatat bagi setiap
anggota tim.
o Kotak untuk mengarsip bagi tiap anggota tim.
o Flip chart dan pena
o Whiteboard dan spidol
o Peta tempat terjadinya peristiwa krisis
o Mesin fax dan mesin photo copy
o File “Fast Facts” (fakta
segera) tentang perusahaan dan bagian-bagian dari perusahaan yang terkena
dampak krisis.
Yang dimaksud dengan “fast facts” adalah penggambaran tim penjawab telepon dari media
sebagai pengganti paket informasi mengenai latar belakang perusahaan. Bentuknya
tertulis dalam bahasa percakapan yang diindeks dengan seksama serta memuat
berbagai jawaban terhadap setiap pertanyaan dari para wartawan tentang situasi
krisis yang sudah diantisipasi oleh manajemen, sehingga tim penjawab telepon
segera dapat memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan wartawan.
Kesalahan perusahaan
yang sering terjadi adalah memberikan informasi hanya melalui Siaran Pers,
sedangkan penyiapan suatu siaran pers akan membutuhkan waktu lebih lama,
padahal informasi pada situasi krisis tidak boleh mengalami kekosongan.
6. Siaran Berita
Siaran berita merupakan
komunikasi kunci dalam situasi krisis yang memberikan penjelasan perusahaan
tentang apa yang terjadi dan dapat digunakan untuk mencantumkan kutipan dari
manajemen senior mengenai perasaannya atas situasi yang terjadi. Siaran berita
harus tetap berisi penuh dan cepat selama periode krisis berlangsung.
Ide yang baik adalah
memberi nomor, waktu dan tanggal pada bagian atas setiap siaran berita,
sehingga para wartawan dapat mengikuti kronologi peristiwa lebih mudah. Para
penjawab pertanyaan media juga dapat menanyakan kembali pada media siaran
berita yang mana saja yang sudah diterima oleh para wartawan tersebut
berdasarkan nomor & tanggalnya, dan dapat segera menjawab pertanyaan
wartawan sesuai tingkat pengetahuan wartawan tersebut tentang peristiwa krisis
yang menyerang perusahaan.
Dalam beberapa situasi, cukup baik untuk
memikirkan siapa yang lagi yang akan dikontak oleh media untuk mendapatkan
informasi tentang keadaan darurat, seperti polisi, rumah sakit terdekat atau
pihak-pihak ketiga. Mereka juga dapat dikirimi salinan siaran berita perusahaan
agar tetap dapat mengikuti perkembangan peristiwa krisis tersebut sehingga
dapat memberikan jawaban bila media berusaha mencari informasi melalui mereka.
Pemberian siaran berita ke pihak-pihak lain yang terlibat juga baik untuk
menjaga kekonsistenan pesan dari seluruh pihak yang terlibat tersebut.
Poin akhir:
kadang-kadang memungkinkan untuk menyiapkan suatu “proforma holding statement” dalam mengantisipasi krisis, contohnya
dalam kasus kecelakaan fisik (lihat contoh pada halaman 11).
Pernyataan pers harus
selalu mengumumkan berita dalam urutan berikut:
o Penyebab insiden
o Lokasi insiden
o Detil kematian (jumlah bukan nama)
o Detil yang terluka (jumlah bukan nama)
o Detil area yang terkena dampak
o Detil dampak pada lingkungan
o Detil tindakan yang akan dilakukan kepada para pelanggan/konsumen
o Kutipan dari manajer senior yang mengekspresikan penyesalan atas insiden
tersebut serta penghargaan kepada mereka yang terlibat dalam seluruh aspek
darurat
o Detil tentang investigasi susulan terhadap penyebab insiden
o Peringatan tentang catatan keamanan lokasi (jika memang selama ini sudah
terkelola dengan baik) sebelum insiden terjadi
3. Bagaimana langkah
pemulihan krisis?
Jawaban :
Terdapat 4 langkah pemulihan krisis sebagai berikut,
a. Menilai kerusakan
Perusahaan
harus menilai lebih jauh dari hanya sekedar menaksir kerugian finansial. Jika
anggaran masih tersedia, sebaiknya perusahaan bekerjasama dengan perusahaan
riset untuk menentukan bagaimana krisis memberikan dampak pada opini para
stakeholder terhadap perusahaan serta produk/jasa yang dihasilkannya. Cara yang
tidak terlalu formal tapi cukup efektif untuk menilai persepsi adalah dengan
memanggil 10 – 20 orang dari tiap publik kunci dan mengadakan survey jajak
pendapat terhadap mereka.
Ketika
hasil riset sudah didapat, manajemen harus mengumumkan perubahan-perubahan
dalam kebijakan/prosedur baru yang perlu diterapkan di perusahaan/organisasi.
Yang perlu diingat adalah kebijakan/prosedur baru tersebut harus
mempertimbangkan reputasi perusahaan/organisasi untuk jangka panjang.
Catatan
atau dokumentasi tentang krisis juga dapat dipindahkan menjadi sebuah laporan
yang memperlihatkan bagaimana suatu perusahaan/organisasi sukses menangani
masalah yang terjadi. Catatan tersebut dapat mendokumentasikan pengambilan
keputusan serta tindakan selama masa krisis serta mendemonstrasikan keterbukaan
perusahaan. Selain itu juga dapat digunakan untuk memperbaharui rencana
manajemen krisis perusahaan/ organisasi.
b. Karyawan perusahaan/organisasi (Regester
& Larkin, 2003:200)
Perhatian
perlu diberikan kepada para karyawan dan keluarga mereka setelah masa krisis
berlalu. Sebagian mungkin mengalami trauma akibat peristiwa krisis tersebut dan
sebagian lagi meninggalkan perusahaan/organisasi karena tidak sanggup
menghadapi kemungkinan terjadinya lagi peristiwa krisis yang sama atau
peristiwa krisis yang lain.
Keluarga
mereka yang ikut merasa tertekan selama periode krisis berlangsung juga sering
memperlihatkan rasa marah terhadap perusahaan/organisasi meskipun mereka tahu
peristiwa krisis tersebut bukan kesalahan penuh perusahaan/organisasi tempat
anggota keluarga mereka bekerja.
Untuk
menanganinya, perusahaan/organisasi dapat menawarkan sesi konseling oleh para
profesional dalam bidang tersebut (psikolog/psikiater). Kemarahan atas
kehilangan orang yang dicintai (bila krisis berdampak pada korban jiwa dari
pihak karyawan) dapat diarahkan menjadi energi positif dengan menyalurkannya
kepada pencarian solusi untuk mencegah agar peristiwa krisis yang sama atau
yang lain tidak akan pernah terjadi kembali.
c. Hubungan Media (Grant & Douglas, 1999)
Seperti
perusahaan lain, media akan memiliki minat yang tinggi terhadap perusahaan kita
atau industri sejenis setelah krisis. Manajemen harus mempertimbangkan
kesempatan ini untuk mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan media.
Tunjukkan pada para wartawan bahwa perusahaan/organisasi kita memiliki
kebijakan manajemen terbuka kapanpun mereka menginginkan informasi tambahan
tentang perusahaan/organisasi kita.
d. Berdiskusi dengan Kelompok Penekan (Ibid)
Salah
satu cara terbaik mencegah serangan tambahan oleh kelompok penekan adalah
dengan menggunakan situasi pasca krisis untuk bertemu dan berdiskusi dengan
para aktivitis serta LSM terkait. Jika mereka masih mempertahankan perhatian
mereka atas issue yang memicu krisis, perusahaan/organisasi kita dapat
menawarkan dialog yang akan mengurangi retorika serta mendemonstrasikan
keterbukaan perusahaan dan komitmennya terhadap keamanan dan kesehatan publik.
Pasca
krisis, kegiatan-kegiatan perusahaan/organisasi dari semua jenis bisnis dapat
terbatasi akibat:
·
Ketidakmampuan perusahaan/organisasi pasca krisis untuk mengatur kembali
kegiatan mereka agar resiko diserang krisis yang sama atau yang lain dapat
diminimalkan.
·
Kegagalan perusahaan/organisasi untuk mengecek secara teratur bahwa
tindakan mereka sesuai dengan pengharapan dan pernyataan mereka.
·
Kelelahan dalam pembuatan rencana dan persiapan untuk menangani hal-hal
terburuk agar segera dapat mengontrol krisis.
4. Apa kekurangan dan
kelebihan dari Teknologi Informasi?
Jawaban :
Terdapat fakta bahwa teknologi informasi dapat memicu terjadinya krisis,
sebagai alat perlawanan bagi kelompok penekan terhadap perusahaan, sebagai
senjata mengelola krisis perusahaan. Internet dapat menciptakaan krisis seperti
melalui rumor, hacking serta berbagai bentuk terorisme cyber, baik disengaja
ataupun tidak, seperti melalui tindakan dari para pecandu komputer. Terdapat
dua alasan munculnya rumor pertama kali dalam internet dapat menyebabkan
krisis, pertama karena Pertama karena mereka muncul dalam bentuk “cetak”
implisit, maka mereka dianggap benar. Dan kedua, kadang-kadang rumor tersebut
dianggap benar oleh media massa lain (cetak dan elektronik), yang memberikan
audiens yang berada di luar jangkauan internet kepada rumor tersebut. Jika
rumor dijadikan berita oleh media massa cetak atau elektronik dapat berkembang
menjadi krisis kredibilitas terhadap organisasi. Hacker juga merupakan ancaman
kemanan jaringan yang bisa merusak aplikasi atau server perusahaan dampaknya
juga bisa membuat website perusahaan down dalam waktu yang lama seperti yang di
alami oleh perusahaan SONY yang dihack oleh kelompok yang menyebut dirinya
ANONYMOUS dampaknya website SONY tidak bisa berjalan lagi dan beberapa data
rahasia perusahaan dicuri dan dipublis oleh wikileaks. Ada juga kelemahan dari
teknologi informasi adalah setiap orang bisa membuat kritik yang menyerang
perusahaan melalui situs/blog yang mereka ciptakaan misalnya mereka mengkritik
masalah kelemahan produk/jasa dan pengalaman pribadi mereka sebagai mantan
karyawan diperusahaan tersebut. Kelebihan dari teknologi informasi adalah mampu
memonitor respon kelompok penekan melalui situs-situs yang mereka ciptakan yang
bisa berdampak krisis bagi perusahaan. Internet memiliki kelebihan dalam mengelola
krisis karena fakta bahwa saat ini terdapat peningkatan pengguna internet dan
para wartawan mulai beralih kepada web perusahaan untuk mendapatkan informasi
sehingga perusahaan bisa mengatur agenda dalam mempublikasi berita melalui
internet.
No comments:
Post a Comment