1.Studi kasus : Pola penggunaan televisi di kalangan wanita karier di daerah bekasi. Jawa Barat membawa arus perubahan social sampai kepada style of life.
a. Jelaskan Teori yang relevan dengan kasus tersebut!
b. Berikan argumentasi anda serta hasil apa yang diharapkan, sehubungan dengan teori yang anda gunakan!
Jawaban :
a. Jika diasumsikan penggunaan televisi didorong oleh motif-motif tertentu yaitu motif untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kemudian setelah penggunaan televisi perlu ditanyakan apakah motif tadi dapat terpuaskan sehingga menentukan perilaku atau life style, maka teori yang relevan dengan kasus tersebut adalah teori Uses and Gratification, Inti dari Teori Uses & Gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media yang efektif (Krisyantono,2007:204).
Konsep dasar teori ini menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch, adalah meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan social, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lainnya), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat – akibat lainnya, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan (Rakhmat dalam Kristantono 2007:204). Salah satu macam riset uses& gratifications yang saat ini berkembang adalah yang dibuat oleh Philip Palmgreen dari Kentucky University. Kebanyakan riset uses & gratifications memfokuskan pada motif sebagai variable independen yang memengaruhi penggunaan media (seperti model diatas). Palmgreen kendati juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang teliti oleh model Palmgreen ini lebih tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain, apakah khalayak puas setelah menggunakan media. Konsep mengukur kepuasan ini disebut GS (Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained). Gratification Sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (radio, tv atau Koran). Gratification sought adalah motif yang mendorong seseorang mengonsumsi media. Sedangkan gratification obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media tertentu (Palmgreen Dalam Krisyantono, 2007: 206).
b. Hasil yang diharapakan dari studi kasus diatas dengan menggunakan teori uses & gratification sebagai pisau analisisnya adalah dapat mencapai kesimpulan pola pengunaan televisi yang seperti apa dan memiliki pengaruh atau perubahan apa terhadap life style wanita karir. Dengan mengukur kepuasan (Gratification Sought) untuk mengetahui apa motif yang mendorong wanita karir untuk menggunakan televisi dan (gratification obtained) mengukur kepuasan yang diperoleh wanita karir setelah menggunakan televisi dan bagaimana dampak terhadap perubahan social atau life style setelah menggunakan televisi.
2.Tentang opini public (public opnion)
a. Terangkan dan berikan contoh kongkrit bahwa di indonesia kadangkala media televisi dijadikan alat politik dalam pembentukan opini public atau pengalihan issue!
b. Sebutkan serta uraikan proses terjadinya opini public
Jawaban :
a. Secara sederhana, opini ialah tindakan mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai, dan diharapkan seseorang dari objek tertentu. Tindakan itu bisa merupakan pemberian suara, pernyataan verbal,dokumen tertulis, atau bahkan diam; singkatnya, tindakan apa pun yang bermakan adalah ungkapan opini (Kasiyanto, 2004: 14). Opini public pada awalnya merupakan bagian dari elite metropolitan, dan setelah itu merupakan bagian dari kepentingan-kepentingan pemilik tanah dan kaum terkemuka provinsi. Opini Public hanya kadang-kadang diinterupsi oleh pemberontakan-pemberontakan kaum tani dan gerombolan-gerombolan perkotaan. Tetapi menjelang abad ke-18 dengan mulai adanya urbanisasi dan penyempurnaan komunikasi, opini public telah menyebar pada kelas menegah yang sedang tumbuh, dan menjelang akhir abad ke-19 telah menyebar pada sebagian besar populasi, terutama melalui alat perantara surat kabar, yang asalnya berhubungan erat dengan partai dan fraksi. Selama abad ke-20 opini public juga memasukkan di dalamnya mayoritas yang memilih dalam pemilihan-pemilihan umum, dikumpulkan pendapatnya oleh para pengumpul pendapat, melihat televisi dan membaca surat kabar.
Contoh kongkritnya ada pada parpol nasdem yang memanfaatkan metro tv sebagai alat kampanye parpol tsb yakni dengan mempublikasikan acara yang digelar nasdem beberbuka puasa bersama wakil presiden Jusuf Kalla dan ratusan anak-anak panti asuhan dijakarta, sabtu (20/06/2015), ini merupakan contoh media massa khususnya televisi dijadikan alat kampanye dengan tujuan membentuk opini public yang positif bagi parpol tersebut.
b. Proses terjadinya opini menurut Nimmo berjalan setidaknya pada tiga tahap yakni; pertama, melalui konstruksi personal, yaitu tahap dimana individu mengamati segala sesuatu menginterpretasikannya, dan menyusun makna objek-objek politik secara sendiri-sendiri dan subjektif. Kedua, melalui konstruksi social, yaitu tahap menyatakan opini pribadi di depan umum. Ada tiga bentuk pernyataan, yakni (1) opini kelompok, yaitu pemberian dan penerimaan opini pribadi di dalam kelompok social; (2) opini rakyat, yaitu pengungkapan pandangan bukan melalui kelompok terorganisasi, melainkan melalui kebebasan pribadi yang relative, seperi di dalam tempat pemebrian suara, surat kepada anggota kongres, tanggapan terhadap opini pembuat poll, dsb.; (3) opini massa pada umumnya merupakan ungkapan pandangan yang baur dan tak terorganisasi, yang sering disimbolikkan sebagai budaya, konsensus, dan apa yang oleh para politikus dengan fasih disebut “opini public”. Ketiga, melalui konstruksi politik, yaitu tahap yang menghubungkan opini public, opini rakyat, dan opini massa dengan kegiatan para pejabat public (eksekutif, legislator, dan hakim) yang sama-sama bertanggung jawab atas pemrakarsa, perusahaan, penerimaan, penerangan, penginterpretasian, dan penilaian-penilaian kebijakan-kebijakan (Kasiyanto, 2004:15).
Adapun proses terbentuknya pendapat umum menurut Budhy, sedikitnya ada tiga tahap; pertama, pada awalnya isu yang berkembang merupakan pendapat dari pengetahuan (frame of reference) dan pengalaman (frame of experience) masing-masing individu. Pada tahap ini terjadi pro-kontra dengan berbagai pendapat yang bersifat simpang siur,semeraut, bermacam-macam , dan ada kecendrungan terhadap satu isu masih saling konfrontasi. Pada tahap ini proses terbentuknya pendapat umum disebut the stage of brain stroming. Kedua, the stage of consolidation, yaitu tahap konsolidasi, dimana pendapat yang semula simpang siur itu mulai tampak tearah, meskipun masih terdapat perbedaan mayoritas, tetapi belum memutuskan suatu pemecahan masalah. Ketiga, the solid stage, yaitu tahap dimana pendapat yang semula pro-kontra, dari berbagai karakter individu yang tergabung dalam public, membentuk suatu pendapat yang bulat dan mantap (solid). Pendapat yang diekspresikan dalam bentuk pernyataan sikap ini tidak ditentang lagi oleh individu-individu anggota public, walaupun diantara individu ada yang tidak setuju (Kasiyanto, 2004;16).
3. uraikanlah asumsi
a. Teori stimulus respon dan berikut aplikasinya pada masyarakat modern!
b. Teori dependensi mengenai efek komunikasi massa
c. Kemukakan pendapat anda berikut contoh kongkrit!
Jawaban :
a. Prinsip stimulus-respons merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang dapat memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan dari media dengan reaksi audience.
Elemen-elemen utama dari prinsip stimulus-respons adalah:
- pesan (stimulus)
- penerima (receiver)
- efek (respons)
Ada 2 pemikiran dibalik konsep ini:
- Gambaran mengenai masyarakat modern yang bertindak berdasarkan kepentingan pribadinya, yang tidak terlalu terpengaruh oleh kendala dan ikatan sosial.
- Pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah sedang melakukan kampanye untuk merubah perilaku sesuai dengan tujuan.
Dari pemikiran tersebut, dikenal apa yang disebut masyarakat massa. Kontak dengan media cenderung diartikan dengan adanya pengaruh dari media, sedangkan individu yang tidak terjangkau tidak akan terpengaruh.
Tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individual differences). Diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari audience.
Elemen-elemen utama dari prinsip stimulus-respons adalah:
- pesan (stimulus)
- penerima (receiver)
- efek (respons)
Ada 2 pemikiran dibalik konsep ini:
- Gambaran mengenai masyarakat modern yang bertindak berdasarkan kepentingan pribadinya, yang tidak terlalu terpengaruh oleh kendala dan ikatan sosial.
- Pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah sedang melakukan kampanye untuk merubah perilaku sesuai dengan tujuan.
Dari pemikiran tersebut, dikenal apa yang disebut masyarakat massa. Kontak dengan media cenderung diartikan dengan adanya pengaruh dari media, sedangkan individu yang tidak terjangkau tidak akan terpengaruh.
Tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individual differences). Diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari audience.
b. Teori yang dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L. DeFleur (1976) memfokuskan perhatiannya pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini pada dasarnya merupakan suatu pendekatan struktur sosial yang berangkat dari gagasan mengenai sifat suatu masyarakat modern (atau masyarakat massa), di mana media massa dapat dianggap sebagai sistem nformasi yang memiliki peran penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial. Pemikiran terpenting dari teori ini adalah bahwa dalam masyarakat modern, audience menjadi tergantung pada media massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan tentang dan orientasi kepada apa yang terjadi dalam masyarakatnya. Jenis dan tingkat ketergantungan akan dipengaruhi oleh sejumlah kondisi struktural, meskipun kondisi terpenting terutama berkaitan dengan tingkat perubahan, konflik atau tidak stabilnya masyarakat tersebut. Dan kedua, berkaitan dengan apa yang dilakukan media yang pada dasarnya melayani berbagai fungsi informasi. Dengan demikian teori ini menjelaskan saling hubungan antara tiga perangkat variabel utama dan menentukan jenis efek tertentu sebagai hasil interaksi antara ketiga variabel tersebut. Pembahasan lebih lanjut mengenai teori ini ditujukan pada jenis-jenis efek yang dapat dipelajari melalui teori ini. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
- Kognitif : Menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, Pembentukan sikap. Agenda-setting, Perluasan sistem keyakinan masyarakat, Penegasan/penjelasan nilai-nilai.
- Afektif : Menciptakan ketakutan atau kecemasan, Meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
- Behavioral : Mengaktifkan/menggerakkan atau meredakan, Pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, Menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas, Menyebabkan perilaku dermawan (menyumbangkan uang).
Lebih lanjut Ball-Rokeach dan DeFleur mengemukakan bahwa ketiga komponen yaitu audience, sistem media dan sistem sosial saling berhubungan satu dengan Iainnya, meskipun sifat hubungan ini berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Setiap komponen dapat pula memiliki cara yang beragam yang secara langsung berkaitan dengan perbedaan efek yang terjadi. Seperti misalnya: Sistem sosial akan berbeda-beda (bervariasi) sesuai dengan tingkat stabilitasnya. Ada kalanya sistem sosial yang stabil akan mengalami masa- masa krisis. Sistem sosial yang telah mapan dapat mengalami tantangan legitimasi dan ketahanannya secara mendasar. Dalam kondisi semacam ini akan muncul kecenderungan untuk mendefinisikan hal-hal bar-u, penyesuaian sikap, menegaskan kembali nilai-nilai yang berlaku atau mempromosikan nilai-nilai baru, yang kesemuanya menstimulasi proses pertukaran informasi. Audience akan memiliki hubungan yang beragam dengan sistem sosial dan perubahan-perubahan yang terjadi. Sejumlah kelompok mungkin mampu bertahan sementara lainnya akan lenyap.
c. Contoh dari teori stimulus respon Dalam teori ini, Ivan Petrovich Pavlov (1848 - 1936), seorang ahli fisiologi bangsa Rusia melakukan eksperimen pada seekor anjing. Ia mendapati bahwa air liur anjing telah lebih dahulu keluar sebelum seekor anjing mulai memakan makanan. Eksperimen ini dilakukan dengan cara; Pertama, ia membunyikan lonceng sebelum anjing diberi makanan, tanpa diikuti pemberian makanan. Cara tersebut tidak pernah membuat anjing mengeluarkan air liurnya. Setelah itu, ia memberikan makanan, dan membuat anjing itu mengeluarkan air liurnya. Dengan cara yang sama dan diberlakukan secara berulang-ulang terhadap anjing tersebut, maka disini anjing telah “mempelajari” bahwa bunyi lonceng bermakna bahwa makanan akan muncul dan segera anjing tersebut mengeluarkan air liurnya.
Dari eksperimen Pavlov tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menimbulkan atau memunculkan reaksi yang diinginkan yang disebut respon, maka perlu adanya stimulus yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga disebut dengan pembiasaan. Dengan pemberian stimulus yang dibiasakan, maka akan menimbulkan respons yang dibiasakan. Teori ini merujuk pada suatu kebiasaan yang dilakukan.
Contoh dari teori depedensi adalah suatu kelompok elite akan memiliki lebih banyak kendala terhadap media, lebih banyak akses kedalamnya, dan tidak terlalu tergantung pada media jika dibandingkan dengan masyarakat kebanyakan.
Sementara kelompok elite cenderung untuk memiliki akses kepada sumber informasi lain yang lebih cakap dan kompeten (seperti layanan televisi berbayar), sedangkan non-elite terpaksa tergantung pada media massa atau sumber informasi perorangan yang biasanya kurang memadai (seperti program-program televisi dengan menggunakan antena).
4. Jelaskan dan uraikan 3 (tiga) teori komunikasi yang umumnya berkaitan dengan media massa. Teori yang mana yang bisa relevan untuk diaplikasikan di Indonesia.
Jawaban :
a. Teori Agenda Setting, ditemukan oleh McComb dan Donal L. Shaw sekitar 1968. Teori ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk memengaruhi agenda public. Khalayak akan menganggap suatu isu itu penting karena media menganggap isu itu penting juga (Griffinm 2003:490). Stephen w. Littlejohn (1996: 361) mengutip Rogers & Dearing mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian. Pertama, Agenda Media itu sendiri harus disusun oleh awak media. Kedua, Agenda Media dalam beberapa hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda public atau naluri public terhadap pentingnya isu, yang nantinya memengaruhi agenda kebijakan. Ketiga, Agenda kebijakan (Policy) adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan public dan privat penting atau pembuatan kebijakan public yang dianggap penting oleh public. Karena itu, riset yang menggunakan model ini, harus mengkaji ketiga hal tersebut (Krisyantono, 2007:221).
b. Teori kultivasi, “cultivation” berarti penguatan, pengembangan, perkembangan , penanaman atau pereratan. Maksudnya bahwa terpaan media (khususnya TV) mampu memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas social. Hal ini tampak pada hipotesis dasar analisis kultivasi yaitu “semakin banyak waktu seseorang dihabiskan untuk menonton TV semakin seseorang menganggap bahwa realitas social sama dengan yang digambarkan TV”. Menurut teori ini, televisi mampu menciptakan “sindrom dunia makna”, artinya bagaimana seseorang memaknai dunia dipengaruhi oleh pemaknaan televisi (Krisyantono, 2007:281-282).
c. Teori Spiral keheningan, sebuah teori media yang lebih memberikan perhatian pada pandangan mayoritas dan menekan pandangan minoritas. Mereka yang berada di pihak minoritas cenderung kurang tegas dalam mengemukakan pandangannya. Kelompok minoritas sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas. Seseorang sering merasa perlu menyembunyikan “sesuatu”-nya ketika berada dalam kelompok mayoritas. Sebaliknya, mereka yang berada di pihak mayoritas akan merasa percaya diri dengan pengaruh dari pandangan mereka dan terdorong untuk menyampaikannya kepada orang lain. Maka dari itu, hal ini berangkat dari asumsi akan adanya ketakutan dari individu-individu akan isolasi dari masyarakat. Ketakutan itu muncul jika individu-individu mempunyai opini yang berbeda bahkan berseberangan dengan opini mayoritas masyarakat. Individu yang opininya berbeda dengan mayoritas masyarakat akan cenderung bungkam (silence) karena takut akan isolasi yang mungkin diterimanya. Secara sosiologis, teori Spiral keheningan mengakui bahwa ketakutan individu akan isolasi ini hanya berlaku pada masyarakat kurang terdidik dan miskin, irasional, dan tidak memiliki dedikasi untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan bertanggung jawab. Teori ini dikemukakan oleh Elisabeth noelle-neumann seorang ilmuan politik asal Jerman lewat tulisannya yang berjudul the spiral of silence.
- Teori yang relevan untuk diterapkan diindonesia adalah Teori Kultivasi, Menurut data AC NIELSEN 2014, televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul oleh Internet (33%), Radio (20%), Suratkabar (12%), Tabloid (6%) dan Majalah (5%). Televisi menjadi media pilihan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia, yang rata-rata menghabiskan waktu 4,5 jam setiap harinya untuk menonton televisi. Jika dilihat dari data ini ada kemungkinan masyarakat indonesia bisa mengalami sindrom dunia makna yang artinya bagaimana seseorang memaknai dunia dipengaruhi oleh pemaknaan televisi atas dasar factor tersebut maka teori kultivasi berlaku jika diaplikasikan metode analisisnya pada populasi di Indonesia.
No comments:
Post a Comment